Kaca:Winih Semi.pdf/136

Saka Wikisumber
Kaca iki wis divalidasi
Amarga lara ati
Rasane, banget lara, lara ati, pancen lara kepati

Bagaimana perasaan teman-teman ketika membaca geguritan di atas? Biasa saja atau ada perasaan lain yang teman-teman sendiri tidak mampu mengartikannya?
Baiklah. Sebenarnya ada beberapa hal yang harus kita perhatikan apabila kita ingin membacakan sebuah puisi atau geguritan dengan baik.

Dalam berolah sastra orang mengacu pada tiga segi pokok, yakni tafsir atau interpretasi, penjiwaan atau penghayatan, dan teknik penyampaian. Ketiganya tidak saling terpisah melainkan saling berhubungan dan saling menyiratkan.


Segi Tafsir atau Interpretasi

Pada segi tafsir atau interpretasi, pembaca puisi atau deklamator menggunakan segenap pengetahuan, kecerdasan, dan juga imajinasi untuk mencerna dan memahami suatu puisi. Hanya setelah seorang pembaca puisi ‘mengetahui’ maksud, buah pikiran, dan kandungan pengalaman batin yang ingin dikemukakan oleh penyair barulah terbuka peluang baginya untuk menyuarakan puisi dengan patut. Maka dapat diduga bahwa syarat awal untuk menjadi pembaca puisi yang baik mencakup keluasan pengetahuan dan kegemaran untuk menggunakan pikiran maupun kecerdasan. Keluasan pengetahuan dan ketajaman pikiran itu kemudian diarahkan dan diabdikan untuk menjalin komunikasi dengan penyair meiaiui puisi yang ditulisnya. Akan tetapi, puisi tidak hanya perlu ditafsir dan dipahami seperti karya-karya seni lain {lukis, tari, musik, pementasan teater}, puisi adalah sesuatu untuk dialami dan dihayati secara pribadi. Tentu saja Penghayatan atau penjiwaan ini berkaitan erat dengan tafsir tadi. Ungkapan lain yang biasa digunakan adalah pembaca puisi harus menjiwai puisi yang dibacakannya.

Winih Semi

127