Seni Berpuisi 85
- Renungan itu barus diperkaya dengan asosiasi. Lambungkan dalam
setiap merenung dengan bekal “andaikan” dan atau “jikalau”. Modal
permenungan ini akan menjadi dalam jika dioplos dengan daya intuisi Anda.
Intuisi adalah gerak hati yang bereampur dengan impuls-impuls, kata hati.
Intuisi akan menumbuhkan imajinasi yang membubung tinggi, melahirkan
keinginan-keinginan, memunculkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi
Mungkin. Istilah sastranya. “ia” akan menembus batas dan menciptakan “dunia mungkin".
- Nah, sekarang kita coba bersama, Renungan yang unik dari ihwal
manuk tadi diendapkan. Lama proses pengendapan, tidak ada batasan.
Boleh hanya beberapa menit, jam. hari, minggu, bulan, dan mungkin tahun,
Proses ini, halau dilewati, jangan heran kalau nanti hanya akan melahirkan
puisi dangkal. Puisi tanpa akar, Masih lumayan, kalau tidak mencetak sumpah.
Anda endapkan sampai “bawah sadar”, mungkin. Tentang hubungan
manuk, karpet, dan manusia (kita), Ada atau tidak? Itulah yang harus
dicerna. Kenapa karpet itu bagus. lebih bagus dari sebuah genting. “Ia”
diletakkan di ruang hotel (mungkin), di masjid, dan di ruang khusus, namun
“ia” hanya diinjak-injak terima, Bahkan, sesekali, “ia” diinjak-injak manuk,
diteleki manuk. dan seterusnya. Camkan. apakah di dunia ini ada yang
bernasib seperti karpet?
- Coba susun kata yang mosak-masik ini menjadi rangkaian geguritan
yang manis. Sokur mampu menggambarkan “dongeng” manuk, karpet.
dan manusia. Berilah judul yang manis.
nanging kahananmu tansah kidak-kidak dlamakan wesi
dheweke wis nyimpen wewadine jaman
dadi seksi manuk-manuk sing tetembangan
nalika para wali ngusap luhe
karpet kang duksalam nganggo bolah emas
nalika para suhada ngetung cacahe nam-namanmu
malik lungset lan nglamat
dadi seksi dumelinge ayat-ayat kesingsal (bersambung)
Suwanrdi Endraswara