Kaca:Bandha Kamardikan.pdf/90

Saka Wikisumber
Kaca iki wis divalidasi

BELAJAR MENCIPTA GEGURITAN 79


merupakan penyelaras karena bersumber pada nalar atau akal budhi manusia.
  Contohnya, apa yang terjadi pada pertemuan I, tanggal 3 September 2000. Menjelang bubaran, peserta Bengket Sastra Jawa diberi bekal uang untuk ongkos perjalanan. Ketika menerima vang tersebut, terdapat 3 hal yang menggambarkan bagaimana “roh dan visi” kejawaan yang bersangkutan.
  Ketiga hal yang tampak adalah:

(1) hampir semua anak mencrima uang dengan satu tangan (tangan kanan)

(2) hampir scmua anak menerima uang sambil berdiri dan membungkuk, karena yang memberi duduk pada tikar, Hanya sate orang yang menerima sambil berkutul

(3) hampir semua anak tidak mengueapkan terima kasih, Hanya satu orang yang bilang “matur nuwun” setelah mererima uang tersebut.

  Ketiga bal itu membukGkan bahwa para peserta Bengkel Sastra Jawa (BSJ) tidak atau helum memiliki coh serta visi kejawaan yang cukup, kanaanya schagai hekal mencipla geguritan yang baik. Persoalannya sebagai berikut.

a) dalam adat budaya Jawa, menerima pemberian dari orang lain harus secara bulat (utuh). Rasa dan pikiran menyatu. Simbolisasinya, menggunakun kedua tangan

b) di Jawa sangat kuat orang memegang pepatah duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Artinya, sangal menghormati orang lain sebagai perwujudan tenggang rasa atau solidaritas

(c) kebiasaan mengucapkan terima kasih atau mater newun merupakan wujud dari upaya menghargai jasa orang lain sekecil apa pun. Sehab bantuan yang bersangkutan mustahil dapat menerima apa saja yang scheluminya tidak dimiliki.

Dalam penciptaan puisi (geyuritan), ketiga aspek di atas penerapannya kira-kira sebagai berikut.

(a) Misalnya terwujud dalam baris geguritan berbunyi, wong ngemis iku nampani sedhekah/tangan loro maju bareng/ati lan pikir ora cengkah/lura penguripan sadurange peteng