Kaca:Bandha Kamardikan.pdf/89

Saka Wikisumber
Kaca iki wis divalidasi

78 BELAJAR MENCIPTA GEGURITAN


(2) contoh-contoh tersebut dapat dijadikan bahan pelajaran, pengamatan, dan apresiasi

(3) secara tidak langsung telah melakukan pembelajaran dirI secara aktif terhadap pelbagai aspek geguritan, karya sasira, buhasa, dan schagainya.

(4) memunculkan rasa senang (menciniai) geguritan secla kharya sastra schingga memungkinkan terpicunya keinginan untuk mencoba MencipTa

(5} memiliki keberanian memulai menulis geguritan, karena adaunya dorongan krealif tersebut, di samping lersedianya contoh yang memadai

(6) dapat memunculkan minat serta hakat menulis yang semula belum Tampak

(7) secara bertahap mampu mengembangkan kreasi serta menemukan format yang Khas dalam geguritannya.

  Metode N-3 terhitung efektil karena di sana lerjads pembelajaran yang lengkap mengenai “apa” yang harus ditulis, serta “bagaimana" menjadikannya schuah geguritan.

C. Menggali Roh dan Visi Kejawaan

  Perbedaan utama antara puisi Indonesia modern dengan geguritan idalah mengeaat bahasanya, di vakini geyuritan menggunakan bahasa Jawa. Dengan demikian, di dalam Mencipta yeguritan sangat memertukan adanya dukungan atau landasun dari “roh dan visi" kejawaan.
  Yang dimaksud roh dalam geguritan (karya fiksi) ialah jiwa atau semungat. Sering pula disebut greger atau elan vital yailu sesuatu yang ada dan hidup serta menghidupkan geguritan itu. namun tidak menampakkan diri sccara fisikal (kebahasaan). Dengan adanya roh, schuah geguritan jadi terasa hidup. Memiliki tenaga atau kekuatan “berbicara dan mempengaruhi” ora lain.
  Adapun yang disebut visi, adalah kemampuan melihat inti persoalan yang sering pula disebut wawasan atau pengamatan. Visi sangat berpengaruh terhadap pemilihan tema, topik. pencarian serta penemuan “momen puitik” yang khas Jawa. Apabila roh mempengaruhi intuisi (perasaan), maka visi