Kaca:Bandha Kamardikan.pdf/87

Saka Wikisumber
Kaca iki wis divalidasi

76 BELAJAR MENCIPTA GEGURITAN


a. Displacing of meaning (penggantian arti), misalnya dengan metafora, metonimia, personifikasi.

b. Distorting of meaning (penyimpangan arti), misalnya menggunakan ambiguitas, kontradiksi, hiperbola. sinekdoki.

c. Creating of meaning (penciptaan arti), misalnya dengan melakukan pengorganisasian teks di luar lingkup linguistik (kebahasaan). Seperti persajakan, rima, tipografi teks.

  Perlu disadari, proses penciptaan puisi alau geguritan sulit untuk dijabarkan dengan singkat, tuntas. dan memuaskan. Tidak lain karena Mencipta gepuritan atau puisi, merupakan suatu kegiatan yang sangat pribadi dan lebih bersifat rohani. Di mana Prosesnya berlangsung begitu panjang dan rumit di luar perhitungan ruang dan wakiu. Misalnya, untuk mencari, menemukan, dan mewujudkan sebuah kwatrin (puisi empat baris) saja, mungkin diperlukan pengalaman Jahir hatin, wawasan, penghayalan, serta kesadaran terhadap bermacam situasi atau momen-momen kehidupan di berbagai lingkungan dalam kurun waktu yang tak terbatas.

B. Metode Belajar N-3

  Hampir semua penyair dan pengguril, pada masa awal kepenulisannya, sadar atau tidak, sering menerapkan metode N-3 dalam berlatih membuat keguritan atau puisi. Metode N-3 ini sebenarnya sederhana, dan lazim dipakai oleh anak-anak sewaktu belajar berbicara, N-3 adalah singkatan dari niteni-nirokake-nambahi.
  Kaitannya dengan belajar membuat geguritan. metode ini penjabarannya sebagai berikut.

a. Niteni, meliputi kegiatan-kegialan antara lain:

- membaca sebanyak mungkin geguritan dari berbagai tema, gaya, yang ditulis para penggurit sepanjang masa

- berusaha mempelajari, mencatat, mencermati, bermacam aspek geguritan yang terdapat di dalamnya

- menumbuhkan rasa senang (mencintai) geguritan yang hermacam-macam itu, untuk mendorong munculnya keinginan dapatnya melakukan penciptaan yang sama kelak kemudian hari.