Menyang kontèn

Kaca:Winih Semi.pdf/129

Saka Wikisumber
Kaca iki wis divalidasi
Ilham, sekejap bisa musnah, bisa juga membekas yang pasti, catat, dan catat terus. Siapkan baik-baik, endapkan, renungkan, dan eramkan (inkubasikan) biar menetas. Kalau ilham sudah terpegang, lalu mulai "menggoda" sekaligus mengejar-kejar batin, menggoyang-goyang rasa terdalam kita, dan dalam lubuk kita lantas ada “peperangan" dahsyat, berarti telah ada: ilham!
Latihan: pejamkan mata, eningkan batin, rasakan yang belum pernah anda rasakan, barangkali satu menit: pasti akan dapat sesuatu, kan? Begitu seterusnya.


3. Memunculkan kata "pertama"'

Memunculkan kata "pertama" adalah intan permata dalam berpuisi. Kata “pertama" adalah jagad raya dalam puisi anda. "Ia”, akan menjadi kompas batin, sekaligus penakluk rasa - hendak kemana. Kata "pertama", kadang spontan, orisinal, kadang juga telah melalui "pengembaraan" spiritual yang panjang.
Kesuksesan anda: memunculkan, melaharkan, membledoskan kata "pertama" akan menjadi pucuk pedang. "Ia" akan memberondongkan kata kedua, ketiga, dan berpuluh bahkan beratus kata lagi.
Kata “pertama", mungkin jadi judul, jadi ide, jadi tema besar, jadi roh puisi - terserah. Nah, gimana kalau tiba-tiba, kata "pertama" kok hadir: lambe? Bolehkah? Kita coba, ayo, pasti bisa, dan anda akan mulai "terangsang". Inginkah anda "memuntahkan” kata lain dari lambe?
Maaf, ini belum masuk pada latihan, baru menjajaki sebuah “termos", yang baru beli atau yang agak rusak. Lalu, airnya, kira-kira apa panas-dingin? Ini, masih preparasi (siap-siap awal). Jangan lupa, ayo, abstraksikan dengan hidup dan kehidupan.

4. Mengolah kata

Mengolah kata, sejalan dengan mengembangkan ilham. Mengolah kata, berarti “memanipulasi” ilham. Yakni,

120

Winih Semi