SENI BERPUISI
(Bagian Ketiga)
A. Psikologi Pembacaan Puisi
Pertama, pembaca puisi harus: (1) sadar diri: tentang tempat, ruang, waktu, (2) yakin (percaya diri) atau “pede” bahwa mampu, yakni dengan latihan terus-menerus, (3) konsentrasi, kehilangan konsentransi di depan audien merupakan kesalahan fatal, berhenti sejenak, tarik nafas panjang, tatap audien rata-rata air.
Kedua, pembaca puisi perlu persiapan dengan 3-M: (1) meniru pembacan orang lain, sah dan wajar, bukan deklamasi; (2) mendalami, memahami hal ihwal puisi: judul, jenis, tipografi, isi. kata-kata, mana yang perlu diberi tekanan. mana yang perlu dikreasi, tanda-tanda baca, dan sebagainya, (3) menarik, kesan pertama, tampilannya indah, komunikatif. meyakinkan. anggun. memukau, dan segar.
B. Latihan Baca Puisi
Pertama, olah swara: (1) latihan vokal: aaaa, iiii, nuuu, eeee, ooo (dari keras ke lemah dan sebaliknya), duduk rilek, (2) latihan ucapan wanda: ha-na-ca-ra-ka (dst) diganti dengan vokal ke (1); latihan ucapan tembung:
Kat-kata serba: huruf "tha": thuthuk, thethek, kethak, kethuk, mlethek. kethek, kathik, kothak, kathok, nglothok, ngithik-ngithik, methuthuk, methethek, monthok, manthuk-manthuk, gathuk-gathik, nruthuk, kuthuk, kethik, kethok, kluthuk, othak-athik mathu.
Kat-kata ditambah: "mu" dan "ku": Tekamu, lungamu, sliramu, segamu, taramu, kancaku, rupaku, lungaku, ragaku, dst.
Kata-kata yang ditulis "e": lengser, lengket, sengok, sengak, tleser, klenyer, kleper, ngebet, klempereg, cunthel, uceng, memeti, memedi. memetri, tresna, cengkiling dst..
Pariwisata, acara, karana, sarana,