Sajeroning Leng”, Jaya Baya, No. 52, Minggu V, Agtustus 2004; Supandi, “Napak Tilas”, Jaya Baya, No. 22, Th. LIV, 30 Januari 2000; Suparto Brata, “Kekejera Kaya Branjangan”, Panayebar Semangat, No. 14, 1 April 2000; “Sumpahe Arek Surabaya”, Jaya Baya, No. 10, Minggu II, November 2008; Suryadi W.S., “Sadrananku Taun Iki”, Jaya Baya, No. 11, Minggu II, November 2006; Sutar Mayabudi, “Embah Gabug”, Djaka Lodang, No. 52, 29 Mei 2010; Sutarmanto, “Pasrah”, Jaya Baya, No. 03, Minggu III, September 2004; Sutrisna Hari, “Kekesing Angin Teluk Venesia”, Djaka Lodang, No. 01, 5 Juni 2010; Suwadi W.S., “Bening Banyune Sendhang”, Jaya Baya, No. 48, Minggu I, Agustus 2004; Terry S., “Lugu”, Djaka Lodang, No. 44, Th. XXX, 31 Maret 2001; Titik Kartitiani, “Sadawaning Rel Jakarta-Malang”, Jaya Baya, No. 22, Minggu V, Januari 2005; Tiwiek S.A., “Omah Blok E, Nomer 13”, Djaka Lodang, No. 04, 26 Juni 2010; “Tragedi Ing Banjarjumput”, Jaya Baya, No. 38, Minggu IV, Mei 2009; Trinil, “Klelep”, Jaya Baya, No. 23, Minggu I, Februari 2007; “Nginang”, Jaya Baya, No. 23, 6 Februari 2000; Turiyo Ragilputra, “Mangga, Pak Guru…”, Jaya Baya, No. 28, Thn. LIV, 12 Maret 2000; Wasidi, “Omah Pinggir Dalan”, Djaka Lodang, No. 37, Th. XXXI, 9 Febriari 2002; Widayati, “Guru”, Jaya Baya, No. 40, Th. LIV, 4 Juni 2000; Widodo Basuki, “Critane Gendra lan Penthul”, Jaya Baya, No. 43, Minggu Pahing, 25 Juni 2000; Yudhet, “Jem”, Jaya Baya, No. 47, Minggu VI, Juli 2004.
Dari nama-nama yang muncul pada periode 2000-2010, tampak bahwa pengarang muda Jawa bermunculan seiring dengan lahirnya generasi baru. Di samping itu, pengarang-pengarang yang sudah muncul lebih dahulu muncul (ada yang sudah dikenal sejak tahun 1960-an sampai dengan tahun 1990-an), tetap menulis, misalnya Suparto Brata, Iesmu Rianto, Tiwiek SA, Daniel Tito, Suharmono Kasiyun. Hal ini menunjukkan bahwa surutnya seorang pengarang akan digantikan oleh pengarang baru, misalnya Siti Aminah, Sumono Sandy Asmoro, Sutarmanto, dsb. Pengarang itu menulis dengan tema yang bermacam-macam, sesuai dengan isu yang berkembang pada zamannya. Adanya saling mengisi yang menyambung keberlanjutan penulisan cerita pendek Jawa tentu saja sangat memberikan harapan keberlansungan sejarah sastra Jawa. Kehadiran penulis lama dan penulis baru pada dunia sastra Jawa modern juga disertai upaya untuk meninggalkan tema-tema atau masalah yang sudah ditulis pada periode sebelumnya, misalnya masalah percintaaan yang dangkal (tanpa pesan kesastraan). Namun, demikian dari data yang ada, ternyata halhal seperti itu masih juga belum sepenuhnya dapat dihilangkan dalam penulisan cerita pendek Jawa.
8
Cerita Pendek Jawa Yogyakarta Periode 2000-2010