Kaca iki wis divalidasi
B. Kebebasan Dihargai
- baca geguritan itu bebas, ekspresif
- larangan-larangan sebenarya tidak ada, semau Anda
- yang penting komunikasi terjaga
C. Mulai Tampil
- baca judul dulu ya, lalu pengarangnya, atau dibalik.
- kertas rata-rata dada, kau bukan baca teks Pancasila kan?
- pegahg tangan kanan dulu, sering pindah ke kiri, penonton kacau lho. Pegang dua tangan boleh kok.
- mau baca berdiri atau duduk, hati-hati Iho tangan dan kaki. Mainkan mimik, terutama mata, lirikkan, pelototkan, tataplah lantai (bumi) dan langit.
- kalau selesai baca, tak harus hormat Iho, lari boleh, menjatuhkan tubuh boleh-tapi yang bermakna.
D. Menawarkan Model Baca Geguritan
- baca judul dari duduk atau berdiri, lalu berjalan pelan-pelan: Yosi SA
- baca dengan kekuatan nafas, tak putus-putus: Hamid Jabar
- baca sambil singsot (bersiul), main-main gigi, efek suara mulut: Enes
- baca dengan membakar dupa, menggelar mori putih, tabur bunga: Budi Palopo, Suwardi Endraswara
- bacajoged dulu, baru ucapan: Muhammad Yamin MS
- baca sambil berguling-guling: TrimanLaksana
- baca seperti melagukan macapat
- baca sambil menuding-nuding
- baca menjatuhkan kertas-kertas: Sri Haijanta Sahid
- baca teatrikalisasi puisi/gurit
- baca model menggurui:Taufik Ismail
- baca sambil ketawa: Remi Silado, Daniel Uto
- baca sambil pegang instrumen: Krishna Mihardja
73
Antologi Geguritan Bengkel Sastra Jawa 2005___Sekar Melathi