Jika perlu,tambah lagi satu bait. Coba? Yang perlu diingat, hubungan antar bait harus logis.
Persoalan lain, boleh saja digambarkan melalui manuk. Kemudian, sekedar contoh, akan lahir geguritan ini:
manuk-manuk iku pijer cucuk-cucukan
manuk tunggal sasusuh saya kelangan suh
tansah tetarungan
mung mburu woh-wohan mawa wisa
Geguritan itu, dapat diangap belum selesai. Kira-kira, geguritan itu menggarap persoalan apa? Tebaklah! Tema apa yang muncul dari geguritan itu. Kalau saya sediakan judul ini cocok atau tidak: (1) Cucuk-cucukan, (2) Tetarungan, (3) Kelangan Suh,(4) Manuk-manuk Mabur, dan seterusnya. Jika kurang cocok, silakan buat judul lain.
Calon judul: (1), (2), dan (3) ada semua dalam bagian geguritan. Sekedar kata yang diambil dari kata-kata dalam geguritan. Jika ini disetujui, sah-sah saja. Hanya saja, judul harus mewakili kedalaman makna semua (total) geguritan. Bagaimana?
Apakah judul itu tepat? Kalau belum pas, bagaimana dengan judul (4) yang hanya kata manuk saja yang diambil dari kata-kata dalam geguritan. Memang judul (4) ini terkesan lebih bernuansa puitis, mungkin juga simbolik. Namun, cocokkah dengan makna geguritannya? ini persoalan, kalau belum, mungkin geguritannva yang harus diubah atau ditambah-dikurangi.
Maksudnya, saya hanya ingin mengatakan: (1) tentukan dulu geguritan tadi akan menuju kemana, akan menyindir, atau apa, (2) diperjelas dulu tema pokoknya, (3) memberi judul geguritan adalah penting, karena merupakan wajah geguritan, namun bukan hal yang terpenting.
B. Memberi Nuansa dan Bobot Geguritan
Nuansa sebuah geguritan, perlu dipikirkan juga. Agar anda tidak terjebak pada geguritan yang hambar. Geguritan yang hambar
Antologi Geguritan Bengkel Sastra Jawa 2005___Sekar Melathi
91