Menyang kontèn

Kaca:Menak Kanin.pdf/35

Saka Wikisumber
Kaca iki wis divalidasi
  1. Diikuti jalan itu sampailah ia ke bukit. Ada jalan berkelok-kelok menuju ke bukit itu. Maka Sang Tasikwaja ingin tahu selanjutnya tentang bukit itu.
  2. Sampai di tepi bukit itu tampaklah sebuah rumah. Pohon kelapa masih kecil belum ada buahnya. Di luar kebun ada seekor kuda sedang merumput.
  3. Umarmaya segera mendekat. Ia berharap-harap, dan menduga-duga, sebab kuda itu seperti Sekar Duwijan. Sekar Duwijan melihat kedatangan Umarmaya lalu menyongsongnya.
  4. Berhentilah Sekarduwijan merumput. Ia mengetahui bahwa orang yang datang itu sesungguhnya Umarmaya. Maka meringkiklah Sekar Duwijan menyambut Umarmaya sambil membantingkan kepalanya di tanah.
  5. Lega hati Umarmaya karena kuda itu benar-benar Sekarduwijan yang berjalan pulang, sambil menoleh dan mencibiri Umarmaya. Umarmaya mengikuti Sekarduwijan dari belakang.
  6. Sampai di rumah Sekarduwijan meringkik-ringkik, suaranya seperti memberi isyarat bahwa Umarmaya yang datang. Keduanya sama-sama terperanjat. Umarmaya cepat lari mendekat dan merangkul kaki Wong Agung sambil menangis.
  7. Wong Agung segera turun dan merangkul Umarmaya. Lama mereka berpelukan dan sesudahnya mereka mengatur duduknya. Dipati Tasikwaja mengeluarkan makanan yang lezat-lezat dari kantung guni.
  8. Mereka lalu makan bersama. Senanglah Sang Kakungingrat, seperti pesta hari raya, karena di gunung tidak ada makanan yang enak, baru setelah Umarmaya tiba, berjumpalah Wong Agung dengan makanan negara.
  9. Umarmaya berdatang sembah "Marilah segera pulang, sebab seluruh para raja sangat bersedih, mereka tidak makan dan minum seharian mereka menangis.

3