Menyang kontèn

Kaca:Menak Kanin.pdf/18

Saka Wikisumber
Kaca iki wis divalidasi
  1. Lalu mereka bersenang-senang, makan sepuas-puasnya, jam dua pagi baru bubaran. Wong Agung kembali ke istana dijemput oleh Retna Muninggar dan Sekar Kedaton yang menunduk dan menyembah,
  2. yang menimbulkan kerinduan. Maka diceritakan paginya. Tanda gendang gong berbunyi, gemuruhlah para perjurit dan para raja yang menggerakkan, dan menyiagakan barisannya.
  3. Begitu pula musuh pun sudah siap siaga, barisan telah membentuk lingkaran. Wong Agung Jayengpalugon sudah di atas kuda si Sekarduwijan, maju ke medan laga, bersesumbar memanggil musuh yang berani melawannya.
  4. Ketahuilah, saya Amir, anak dipati Mekah, tangguh dalam peperangan di seluruh bumi, termashur dan para raja seribu negara bersujud padaku.
  5. Yang ditakdirkan Hyang Widdhi untuk menggempur para raksasa di Jabalkab. Tumpas sudah semua raksasa. Yang sudah disebut lelaki. Ayo, mana para ratu yang gagah berani.
  6. Bahman menunduk berprihatin. Majulah Sang Kaja Bardian dengan menunggang gajah yang diselubungi ke bawah seperti bulu sayap burung merak. Setibanya di medan perang kelihatan seperti gajah hijau.
  7. Berpelengkapan perang sebuah salukun dan sudah berhadap-hadapan dengan Sang Amir. Sang Jayengmurti sabar bertanya, "Siapa namamu Sang Raja, dan di mana negrimu." Sang raja menjawab, "saya ini Raja Bardian.
  8. Negri saya di Kudari, saya raja lelaki dunia. Kedatangan saya di sini berpetualang perang. Anda yang saya tuju. Sebab apakah anda menaklukkan para raja.
  9. Apakah kau ini tukang tenung. Padahal kau ini tidak berbadan besar tetapi dapat menaklukkan para raja besar dan perkasa, tetapi raja yang bodoh, sampai kau ikat.

16