Kaca:Cerita Pendek Jawa Yogyakarta.pdf/16

Saka Wikisumber
Kaca iki wis divalidasi

majalah berbahasa Jawa yang tumbuh, misalnya Djaka Lodang, Mekar Sari, Kembang Brayan, Parikesit, Dharma Nyata, Dharma Kanda, Kumandang, Gotong Royong. Namun, dalam perkembangannya, ternyata tidak semua majalah itu dapat bertahan hidup. Dari nama yang disebutkan itu, hanya tinggal majalah Djaka Lodang yang mampu bertahan hidup, sementara majalah Mekar Sarii tutup pada tahun 1992.

Majalah-majalah tersebut sangat berperan besar bagi pertumbuhan cerita pendek Jawa. Bahkan, lewat majalah/koran berbahasa Jawa, banyak pengarang baru bermunculan dalam sastra Jawa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa, majalah atau koran berbahasa Jawa sangat besar kontribusinya bagi penerusan cerita pendek Jawa. Majalah-majalah berbahasa Jawa tersebut terbit di berbagai kota, seperti Yogyakarta, Surabaya, Surakarta, dan Jakarta. Semangat para pengarang Jawa memperoleh jalan keluar positif dengan kehadiran media massa berbahasa Jawa. Bahkan, lewat media massa itu, pengarang Jawa bagaikan cendawan di musim hujan. Ada pengarang yang terus menulis, tetapi ada pula yang tidak melanjutkan menulis. Dapat dikatakan, media massa berbahasa Jawa menjadi semacam ‘laboratorium’ bagi pengarang pemula dalam menulis cerita pendek Jawa. Sebaliknya, bagi pengarang-pengarang tertentu seperti Any Asmara, Poerwadhie Atmodihardjo, Esmiet, Tamsir AS, Suparto Brata, Ts. Argarini, St. Iesmaniasita, N. Saksdani, Arswendo Atmowiloto, Jayus Pete, J.F.X. Hoery, Ay. Soeharyono, Turiyo Ragilputra, dsb. Keberadaan majalah-majalah berbahasa Jawa menjadi tempat untuk bereksperimen dan menegaskan keberadaannya sebagai penulis cerita pendek Jawa.

Menilik sejarah perkembangannya, cerita pendek Jawa merupakan jenis sastra Jawa yang banyak diminati oleh para pembaca Jawa. Para pembaca itu menaruh perhatian yang besar terhadap cerita pendek Jawa dimungkinkan oleh bentuknya yang relatif pendek (dibandingkan dengan novel) dan tema-tema yang diangkat kebanyakan merupakan gambaran yang tidak terlalu jauh dengan keberadaan para pembacanya, terutama para pembaca yang tinggal di kota-kota kecil di tanah Jawa. Selain itu, bahasa yang dipergunakannya pun cenderung bahasa yang sangat mudah (familiar) dipahami oleh pembaca Jawa.

Perkembangan cerita pendek Jawa sampai dengan tahun 2000-an merupakan fakta sejarah dalam dunia kesastraan Jawa. Dengan terus dituliskannya sastra Jawa jenis cerita pendek oleh para pengarang Jawa, banyak masalah yang harus diamati, baik dari segi pendokumentasiannya maupun eksistensinya sebagai karya seni. Oleh karena itu, cerita pendek Jawa perlu diteliti dan didokumentasikan, terutama yang terbit sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2010. Pada kurun waktu tersebut, cerita pendek hadir menghiasi majalah berbahasa Jawa dengan segala dinamika-

Cerita Pendek Jawa Yogyakarta Periode 2000-2010

3